Spott

CARI DISINI

Page copy protected against web site content infringement by Copyscape

Jumat, 16 Januari 2009

3 suku kata yg menyejukan......

Ini ada kisah seorang Office Boy, semoga bermanfaat terima kasih.
Dikisahkan, di sebuah pesta perpisahan sederhana pengunduran diri
seorang direktur. Diadakan sebuah sesi acara penyampaian pesan, kesan,
dan kritikan dari anak buah kepada mantan atasannya yang segera memasuki
masa pensiun dari perusahaan tersebut.

Karena waktu yang terbatas, kesempatan tersebut dipersilahkan dinyatakan
dalam bentuk tulisan. Diantara pujian dan kesan yang diberikan, dipilih
dan dibingkai untuk diabadikan kemudian dibacakan di acara tersebut,
yakni sebuah catatan dengan gaya
tulisan coretan dari seorang office boy
yang telah bekerja cukup lama di perusahaan itu.

Dia menulis semuanya dengan huruf kapital sebagai berikut, "Y ang
terhormat Pak Direktur. Terima kasih karena Bapak telah mengucapkan kata
"tolong", setiap kali Bapak memberi tugas yang sebenarnya adalah
tanggung jawab saya. Terima kasih Pak Direktur karena Bapak telah
mengucapkan "maaf", saat Bapak menegur, mengingatkan dan berusaha
memberitahu setiap kesalahan yang telah diperbuat karena Bapak ingin
saya merubahnya menjadi kebaikan.

Terima kasih Pak Direktur karena Bapak selalu mengucapkan "terima kasih"
kepada saya atas hal-hal kecil yang telah saya kerjakan untuk
Bapak.Terima kasih Pak Direktur atas semua penghargaan kepada orang
kecil seperti saya sehingga saya bisa tetap bekerja dengan
sebaik-baiknya, dengan kepala tegak, tanpa merasa direndahkan dan
dikecilkan. Dan sampai kapan pun bapak adalah Pak Direktur buat saya.
Terima kasih sekali lagi. Semoga Tuhan meridhoi jalan dimanapun Pak
Direktur berada. Amin."

Setelah sejenak keheningan menyelimuti ruangan itu, serentak tepuk
tangan menggema memenuhi ruangan. Diam-diam Pak Direktur mengusap
genangan airmata di sudut mata tuanya, terharu mendengar ungkapan hati
seorang office boy yang selama ini dengan setia melayani kebutuhan
seluruh isi kantor.

Pak Direktur tidak pernah menyangka sama sekali bahwa sikap dan ucapan
yang selama ini dilakukan, yang menurutnya begitu sederhana dan
biasa-biasa saja, ternyata mampu memberi arti bagi orang kecil seperti
si office boy tersebut. Terpilihnya tulisan itu untuk diabadikan, karena
seluruh isi kantor itu setuju dan sepakat bahwa keteladanan dan
kepemimpinan Pak Direktur akan mereka teruskan sebagai budaya di
perusahaan itu.

Pembaca Yang Budiman ,
Tiga kata "terimakasih, maaf, dan tolong" adalah kalimat pendek yang
sangat sederhana tetapi mempunyai dampak yang positif. Namun mengapa
kata-kata itu kadang sangat sulit kita ucapkan? Sebenarnya secara tidak
langsung telah menunjukkan keberadaban dan kebesaran jiwa sosok manusia
yang mengucapkannya. Apalagi diucapkan oleh seorang pemimpin kepada
bawahannya.

Pemimpin bukan sekedar memerintah dan mengawasi, tetapi lebih pada sikap
keteladanan lewat cara berpikir, ucapan, dan tindakan yang mampu
membimbing, membina, dan mengembangkan yang dipimpinnya sehingga
tercipta sinergi dalam mencapai tujuan bersama.

Tentu bagi siapapun kita perlu membiasakan mengucapkan kata-kata pendek
seperti terima kasih, maaf, dan tolong dimana pun, kapan pun, dan dengan
siapa pun kita berhubungan. Dengan mampu menghargai orang lain minimal
kita telah menghargai diri kita sendiri.
mudah2an 3(tiga) suku kata " Maaf, Tolong dan Terimakasih " bermanfaat
bagi kita semua

Selasa, 06 Januari 2009

Kisah Meja Kayu

Dear All Friends,

mari kita menyimak cerita dan pesan dari kisah meja kayu ini, semoga bermanfaat...

Meja Kayu
Suatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anaknya. Selain itu, tinggal pula menantu, dan anak mereka yang berusia 6 tahun.

Tangan orangtua ini begitu rapuh, dan sering bergerak tak menentu. Penglihatannya buram, dan cara berjalannya pun ringkih. Keluarga itu biasa makan bersama di ruang makan. Namun, sang orangtua yang pikun ini sering mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun, membuatnya susah untuk menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh ke bawah.

Saat si kakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpah membasahi taplak. Anak dan menantunya pun menjadi gusar.

Mereka merasa direpotkan dengan semua ini. "Kita harus lakukan sesuatu, " ujar sang suami. "Aku sudah bosan membereskan semuanya untuk pak tua ini."

Lalu, kedua suami-istri ini pun membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan. Disana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat semuanya menyantap makanan. Karena sering memecahkan piring, keduanya juga memberikan mangkuk kayu untuk si kakek.

Sering saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka, terdengar isak sedih dari sudut ruangan. Ada airmata yang tampak mengalir dari gurat keriput si kakek. Namun, kata yang keluar dari suami-istri ini selalu omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi.


Anak mereka yang berusia 6 tahun memandangi semua dalam diam. Suatu malam, sebelum tidur, sang ayah memperhatikan anaknya yang sedang memainkan mainan kayu. Dengan lembut ditanyalah anak itu. "Kamu sedang membuat apa?". Anaknya menjawab, "Aku sedang membuat meja kayu buat ayah dan ibu untuk makan saatku besar nanti. Nanti, akan kuletakkan di sudut itu, dekat tempat kakek biasa makan." Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya.


Jawaban itu membuat kedua orangtuanya begitu sedih dan terpukul. Mereka tak mampu berkata-kata lagi. Lalu, airmatapun mulai bergulir dari kedua pipi mereka. Walau tak ada kata-kata yang terucap, kedua orangtua ini mengerti, ada sesuatu yang harus diperbaiki.

Malam itu, mereka menuntun tangan si kakek untuk kembali makan bersama dimeja makan. Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh,

makanan yang tumpah atau taplak yang ternoda. Kini, mereka bisa makan bersama lagi di meja utama.
=====================================================

Teman, anak-anak adalah persepsi dari kita. Mata mereka akan selalu
mengamati, telinga mereka akan selalu menyimak, dan pikiran mereka
akan selalu mencerna setiap hal yang kita lakukan.

Mereka adalah peniru. Jika mereka melihat kita memperlakukan orang lain
dengan sopan, hal itu pula yang akan dilakukan oleh mereka saat dewasa
kelak. Orangtua yang bijak, akan selalu menyadari, setiap "bangunan
jiwa" yang disusun, adalah pondasi yang kekal buat masa depan anak-anak.

Mari, susunlah bangunan itu dengan bijak. Untuk anak-anak kita, untuk masa depan kita, untuk semuanya. Sebab, untuk mereka lah kita akan selalu belajar, bahwa berbuat baik pada orang lain, adalah sama halnya dengan

tabungan masa depan.
========================================================

Jika anak hidup dalam kritik, ia belajar mengutuk Jika anak hidup dalam kekerasan, ia belajar berkelahi
Jika anak hidup dalam pembodohan, ia belajar jadi pemalu
Jika anak hidup dalam rasa dipermalukan, ia belajar terus merasa
bersalah
Jika anak hidup dalam toleransi, ia belajar menjadi sabar
Jika anak hidup dalam dorongan, ia belajar menjadi percaya diri
Jika anak hidup dalam penghargaan, ia belajar mengapresiasi
Jika anak hidup dalam rasa adil, ia belajar keadilan
Jika anak hidup dalam rasa aman, ia belajar yakin
Jika anak hidup dalam persetujuan, ia belajar menghargai diri sendiri
Jika anak hidup dalam rasa diterima dan persahabatan, ia belajar mencari
cinta di seluruh dunia.

Betapa terlihat disini peran orang tua sangat penting karena mereka
diistilahkan oleh Khalil Gibran sebagai busur kokoh yang dapat
melesatkan
anak-anak dalam menapaki jalan masa depannya.
Tentu hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan esok harus lebih
baik dari hari ini dan tentu kita selalu berharap generasi yang akan
datang harus lebih baik dari kita.



baby

MP-3

Sitemeter

blogpatrol